Friday, June 15, 2012

Seorang Kanibal yang Bertobat

Mazmur 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Semakin gelap malam, semakin terang sinar berpancar. Maka sebagai gambaran bagaimana Alkitab menjadi terang bagi jalan seseorang, mari saya ceritakan kepadamu kisah tentang Papua Nugini yang gelap. 

Jauh kebelakang di tahun 1870-an lahirlah seorang anak lelaki kecil di antara suku Kanibal (pemakan manusia) di pegunungan Papua Nugini. Ibunya menamakan dia Faole. Ketika berumur 15 tahun, dia mulai membunuh manusia untuk yang pertama kali, oleh karena sebuah alasan sederhana " itu adalah kebiasaan dari para pemburu kepala." Pembunuhan ini rupanya membangkitkan dalam dirinya rasa haus darah, dan tak lama kemudian dia telah membunuh seorang laki-laki dan dua orang perempuan, dan seorang lagi. 

Waktu itu Faole terkenal jahat dan ditakuti. Beberapa tahun kemudian ibunya meninggal. Hal ini membuat dirinya marah, di pergi keluar rumah dan membunuh lagi dua orang manusia. Kemudian pemerintah mengerahkan polisi-polisinya untuk mencari dan menangkap dia, dan akhirnya dia di masukkan dalam penjara. Pada waktu dia selesai menjalani hukumannya, ada sebuah misi Advent di Efogi, di daerah pegunungannya, dan meskipun sekarang dia sudah berumur 50 tahun, dia datang menghadap kepada misionari dan dia ingin bersekolah. Di sanalah dia menemukan sebuah Alkitab, dan segera dia belajar untuk membacanya. 

Segera terang bersinar, dan suatu perubahan besar terjadi padanya. Dia membersihkan tubuhnya, pakaiannya, dan rumahnya. Dia menjadi seorang yang bersahabat, dan 'siapa saja yang mempunyai masalah, datang kepada Faole meminta penghiburan. Inilah Faole yang menjadi teman bagi tentara-tentara aliansi dan bertanggung jawab bagi pemberi pertolongan pertama (palang merah) yang membawa Para tentara yang terluka ke rumah sakit.

Pada satu kesempatan dia berusaha memimpin rombongan tentara Australia, yang baru saja mundur dari garis depan musuh, ke belakang garis belakang, tapi mereka tersesat. Faole mengumpulkan orang-orang itu dan berkata,"Saya mohon maaf, kita telah tersesat," Orang-orang itu sudah merasa lapar, dan lelah dan putus asa, tapi Faole mengajak mereka semua berlutut sementara dia berdoa kepada TUHAN, berilah petunjuk arah kemana kami harus berjalan. Setelah selesai berdoa, Faole berbalik arah , seperti apa yang telah dikesankan Tuhan kepadanya, dan dalam satu jam mereka sudah tiba dengan selamat di garis belakang! Oh, sungguh sangat berbeda, suatu perubahan yang luar biasa! Itu semua karena orang yang berada dalam kegelapan berjalan mengikuti "terang bagi jalanku."

Priscilla J. Owens pasti sudah pernah melihat kuasa Alkitab dan merasakannya ketika dia menulis hymne yang kita kenal dan sering nyanyikan:

Brilah padaku Alkitab yang suci, lampu yang t’rangi sluruh jalanku.

lsinya syarat, taurat, kasih, janji, yang pimpin aku dalam hidupku. 

Kamu akan membutuhkan terang ini dan Tuhan pemilik terang itu ada dalam hidupmu juga. Bacalah , dan pelajarilah sekarang, dan itu akan menjadi terang bagi jalanmu!  

0 comments:

Post a Comment