Friday, June 8, 2012

Bersyukurlah kepada Tuhan

Mazmur 107:1 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."

Di suatu kota hiduplah seorang pria yang telah berhasil dalam pekerjaannya, setelah berusaha dengan bekerja keras sehingga mampu mengumpulkan harta dalam jumlah yang sangat besar. Pria ini dan keluarganya pun selalu suka membantu orang orang miskin dan pekerjaan Tuhan. Mereka juga sangat mengasihi Tuhan.

Sebelum hari pengucapan syukur tiba, seperti biasanya pemimpin jemaat mengumpulkan dan mengajak anggota jemaat dan keluarganyanya untuk datang ke gereja, berbakti dan mengucap syukur kepada Tuhan. Namun, salah seorang yang merasa tidak diberkati oleh Tuhan berkata,“mungkin bagi anda yang telah berlimpah harta benda akan gampang berterima kasih dan mengucap syukur kepada Tuhan, tapi tengoklah kami, kami setiap hari selalu mengalami kesulitan ekonomi, selalu dikejar-kejar oleh penagih hutang, bagaimana  bisa bersyukur? Kami tidak merasa bahwa Tuhan telah memberkati kami. 

Selajutnya, pria kaya ini berkata,”Pak, mari kita rencanakan sesuatu di hari pengucapan syukur tersebut. Saya mengundang bapak dan keluarga untuk datang digereja ini ketika tiba hari pengucapan syukur itu. Saya akan menawarkan separuh dari seluruh kekayaan saya kepada bapak sekeluarga, bila bapak dan keluarga bersedia memberikan separuh dari apa yang bapak miliki".

Mendengar ucapan pria kaya ini, orang miskin ini sangat terkejut dan senyum puas terpancar di wajah orang miskin ini sebagai refleksi bahwa ia menyetujui rencana pria kaya tersebut. Orang miskin ini selanjutnya membayangkan betapa besar kekayaan yang akan ia dan keluargannya miliki. Ia mulai membayangkan tidak akan ada lagi kekawatiran terhadap penagih hutang dan lintah darat yang datang kerumahnya untuk menagih hutang. Ia akan menjual rumah kecil mereka dan membeli sebuah rumah besar, seperti yang dimiliki oleh orang kaya itu. Ia akan membeli, ladang-ladang yang luas dan kereta yang paling mewah dari kereta yang ada, tanpa khawatir pakan ternak di masa yang akan datang. Kemudian ia dan keluarganya akan bersyukur.

Hari pengucapan syukur itupun tiba, terjadilah sukacita besar di seluruh negeri. Tuhan telah memberkati umatNya dan mereka merayakannya. Banyak orang menampilkan wajah yang dipenuhi kegembiraan dan ungkapan syukur, terlebih orang miskin ini dan kelurganya, mereka sangat bersyukur dan suka cita karena mereka akan menerima setengah dari harta milik pria kaya itu.

Acara pengucapan syukur itu hampir selesai, tinggal pria kaya dan orang miskin ini yang belum menyampaikan ucapan syukur mereka. Kemudian dihadapan jemaat gereja, pria kaya ini berkata,"Teman yang baik, hari ini adalah hari suka cita bagi kita. Selanjutnya semua tahu bahwa saya dan saudara saya ini (orang miskin) telah sepakat untuk saling barter kepemilikan. Saudara saya ini akan memberikan setengah dari apa yang dia miliki dan begitupun sebaliknya, saya akan memberikan kepadanya setengah dari apa yang saya miliki. Betul kan? “Ya”, Demikian jawaban anggota jemaat secara serempak, dan suara yang paling kuat dan keras menjawab pertanyaan pria kaya itu adalah suara orang miskin ini.

Selanjutnya, pria kaya itu dan berdiri dan berkata dihadapan hadirin dan orang miskin itu,”Lihatlah kepada ku...hari ini, para dokter telah memeriksa dan mengatakan bahwa kaki saya tidak bisa sehat lagi dari kelumpuhan yang saya derita, dan saya berharap saudara saya (orang miskin) ini akan memberi salah satu kakinya yang sehat itu kepada saya.” Semua orang dalam gereja itu begitu kaget terlebih orang miskin ini, orang miskin ini kemudian menatap tajam kepada pria kaya itu dan berkata,”Kakiku? Anda ingin salah satu kaki saya????  Tapi itu tidak mungkin, saya tidak bisa memberikan salah satu kaki saya ini, itu namanya permintaan yang tidak waras.”Tidak-tidak,” tandas orang miskin ini.

Selanjutnya pria kaya ini berkata,”Baiklah, saya bisa memaklumi dan memaafkan anda karena tidak dapat menepati janji, dan saya akan meminta yang lainnya.” Pria kaya ini menunjuk ke arah dua remaja yang berdiri disamping orang miskin itu dan istrinya, kemudian dia berkata,”Dua anak laki-laki yang sehat, cerdas dan menyenangkan.... Tuhan telah mengijinkan anak-anak dan istri saya beristirahat (meninggal) dalam Tuhan, untuk itu berikanlah kepada saya salah satu anak anda ini dan andaakan mengambil setengah harta yang saya miliki. “Ayo, berikan padaku yang itu,”lanjutnya sambil menunjuk ke arah anak yang bungsu?

Lalu orang miskin ini memandang anak-anaknya. Dia mulai mengingat tentang bagaimana mereka tertawa dan sambil berguling-buling bersama-sama, berdiskusi bersama-sama, berkebun bersama-sama dan dia mengingat kembali bagaimana indahnya rumah tangganya, meskipun mereka tidak memiliki harta yang melimpah. Untuk beberapa saat orang miskin ini bergumul dan berkata dalam hatinya,”Bagaimana mungkin saya akan  memberikan salah satu anakku yang sangat saya kasihi hanya karena  cita-citaku untuk memiliki rumah yang mewah, kereta dan setengah harta pria kaya itu? Kemudian dengan suatu keputusan yang bulat, orang miskin ini berkata kepada pria kaya itu,” Tidak, saya tidak akan pernah memberikan salah satu anak saya kepadamu, karena mereka sesungguhnya lebih berharga dari setengah harta yang kamu miliki!"

Pria kaya ini tetap bertahan dan berkata,”Tapi...itulah kesepakatan yang telah kita buat, bukan? Kita akan saling menukar setengah dari apa yang kita miliki. Itu perjanjian kita berdua dan saya mengklaim salah satu anak Anda. Itu.”

Orang miskin itu menarik diri dengan hormat dan berkata, “Tidak, sekalipun anda berikan seluruh harta benda, saya tidak bersedia menukar dengan anakku ini, ia bagiku  lebih berharga dari pada harta bendamu itu!”

Suara tawa dan tepuk tangan yang gemuruh terdengar dalam kumpulan itu. Pria kaya tidak bisa lagi menahan kegembiraannya dan berkata,”Saudaraku sesungguhnya Engkau sekeluarga mempunyai  banyak hal untuk bisa bersyukur, anak-anakmu, istrimu, rumah tanggamu dan lain sebagainya?"

Sungguh suatu peristiwa yang luar biasa, pria kaya dan orang miskin itu berdiri bersama-sama di depan altar menyampaikan syukur kepada Tuhan. Orang miskin ini bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan untuk semua berkat yang dia peroleh berupa anak-anak yang gagah dan kuat, istri yang mengasihinya. Selanjutnya dengan muka yang tertunduk ia memohon kepada Tuhan untuk bisa terbebas dari perasaan iri hati dan cemburu  kepada saudara-saudara yang lebih kaya.

0 comments:

Post a Comment