Saturday, August 4, 2012
Sebuah Koin Penyok
Seorang pria keluar dari pekarangan rumahnya, dengan putus
asa dia berjalan keluar tak tentu arah. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi
keuangannya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan
barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya
sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang
layak. Pria itu sudah tak tahan dengan kondisi ini...
Ketika dia sedang menyusuri jalanan yang sepi, tiba-tiba
kakinya terantuk sesuatu. Karena penasaran, ia membungkuk dan mengambil benda
tersebut.
"Uh, ternyata hanya sebuah koin penyok," gerutunya
kecewa. Lalu dia membawa koin itu ke sebuah bank.
"Sebaiknya koin ini, bapak bawa saja ke kolektor uang
kuno," kata petugas bank memberi saran. Pria itu kemudian membawa koinnya
ke seorang kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai
30 dolar.
Dia begitu senang... dan mulai berpikir apa yang akan
dilakukannya dengan berkat ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas,
dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia ingat istrinya pernah
berkata kalau mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples,
dengan kayu itu dia bisa membuatkan rak untuk istrinya. Akhirnya dia membeli
kayu seharga 30 dolar dan dipanggulnya pulang.
Di tengah perjalanan pulang, dia melewati sebuah bengkel
mebel. Mata pemilik bengkel yang sudah terlatih melihat kayu yang dipanggulnya.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya baik. Kebetulan saat itu ada pesanan
mebel. Pemilik bengkel lalu menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada pria itu
sebagai ganti kayu yang dipanggulnya. Pria itu terlihat ragu-ragu, namun
pemilik bengkel meyakinkannya dengan menawarkan mebel yang sudah jadi untuk
dipilihnya.
Kebetulan di bengkel mebel itu ada sebuah lemari yang indah,
istrinya pasti suka. Pria itu kemudian menukar kayunya dengan lemari dan
meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu pulang.
Dalam perjalanan... dia melewati sebuah rumah baru. Seorang
wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan
melihat pria itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita tertarik
dan menawar lemari itu dengan harga 200 dolar. Pria itu nampak ragu-ragu, si
wanita lalu menaikkan tawarannya menjadi 250 dolar dan transaksi pun terjadi.
Lemari berpindah tangan, pria itu kemudian mengembalikan gerobak pinjamannya ke
pemilik bengkel dan bergegas pulang.
Di ujung jalan... tak jauh dari rumahnya, dia berhenti
sejenak untuk memastikan uang yang telah dia terima. Dirogohnya saku celana
lalu mulai dihitungnya lembaran-lembaran uang senilai 250 dolar itu. Tiba-tiba
seorang perampok keluar dari semak-semak, sambil mengacungkan belati, si
perampok merampas uangnya dan kabur. Istrinya yang kebetulan ada di luar rumah
melihat kejadian itu lalu berlari mendekat seraya bertanya, "Apa yang
terjadi? Engkau tidak apa-apa kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?"
Pria itu sambil mengangkat bahunya, berkata, "Oh, bukan
apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi."
Bila kita sadar bahwa kita tak pernah memiliki apapun,
kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?
0 comments:
Post a Comment