G.F. Jones |
Mei 1908 dia mendarat di pantai bagian barat pulau Sumatra dan menyewa seekor kuda untuk mengadakan perjalanan ke daerah itu. Kebanyakan dari perjalanan itu sangat terjal dan melalui hutan lebat yang ada gajahnya, harimau, dan monyet-monyet besar. Penduduknya adalah beragama Muslim, dan ketika mereka mendapati bahwa kapten Jones tidak makan babi tidak merokok, dan tidak minum-minuman keras, mereka menyebut mereka "pelajar Allah" dan mereka menerima dia dengan baik.
Pada suatu hari ketika kapten Jones beristirahat di siang hari, seekor ular besar menyerang kudanya yang sedang merumput, dan ular itu menggigit kuda itu di mulutnya. Pemilik kuda itu, termasuk salah satu dari rombongan yang mengiringi kapten Jones, sangat ketakutan. Dia merasa pasti kudanya akan segera mati. Dan dia mulai menangis karena dia akan kehilangan kuda yang membawa penghasilan baginya. Gigitan ular dianggap tanda kemarahan Allah, dan pemilik kuda itu mulai menyalahkan dirinya karena berurusan dengan kapten Jones yang bukan Islam.
"Sekarang Allah menghukum dia," dia meraung-raung. Perasaan pengikut kapten Jones berubah, dan tiba-tiba mereka menjadi ganas pada saat kuda itu mulai menderita karena gigitan ular. Untuk seketika Kapten Jones memikirkan apa yang harus dia lakukan. Kemudian dia bertelut dihadapan orang banyak dan berdoa. Dia mengatakan pada Tuhan betapa pentingnya bagi dia dan bagi orang-orang, agar kuda itu tidak mati. Kemudian dia menuntut janji yang ada dalam ayat renungan pagi kita pagi ini.
Ketika dia selesai bertelut dan berdiri dia berkata pada orang-orang. "Tuhanku tidak akan membiarkan kuda itu mati. Tuhan sudah mendengar doaku." Kemudian dia menunggangi kuda yang masih gemetar itu dan pergi. Orang-orang mengikuti dia, dan mereka heran karena kuda itu baik-baik saja sampai akhir hari itu.
Dan kamu bisa membayangkan tentunya orang-orang tambah menghormati sang kapten untuk sisa perjalanan itu.
Apa yang dilakukan Tuhan bagi kapten Jones, bisa juga dilakukan untukmu. lngat janji yang sangat berharga ini, dan berimanlah pada Tuhan.
0 comments:
Post a Comment