Monday, October 1, 2012
Selalu Ada Tetesan Terakhir
Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya
dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan
diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan
otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya
dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga
berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco.
Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan
genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. "Hingga
tetes terakhir," pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton, "Hadiah yang
besar kami sediakan kepada barangsiapa yang bisa memeras hingga keluar satu
tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke
atas panggung.
Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa
jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu
sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi
tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata,
"Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan
meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke
panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu
membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak
mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air
dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran
penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin
banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa
jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan
ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang
lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya... 'ting!'
setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah
menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya,
"Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan,
banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku
tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil
memenangkan hadiah itu."
"Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal
itu?" "Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda
yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi
hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau
akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau di padang gurun sekalipun.
Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya
memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit
bagiku."
"Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah
ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang
keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat
untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan
berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah
kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku
mencari, aku menerimanya karena ada Pribadi yang mengasihiku."
0 comments:
Post a Comment